KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul ”Pengembangan Lembaran Kerja Siswa Berbasis TIK Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw II pada Materi Sistem Peredaran Darah pada Manusia untuk
Pembelajaran Biologi SMA Kelas XI IPA di SMAN 3 Tapung”.
Penyusunan proposal tesis ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
Kosentrasi Pendidikan IPA di Pascasarjana Universitas Negeri Padang. selama
menyusun proposal ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan
saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada
:
1.
Bapak Prof. Lufri M.S. sebagai pembimbing I dan Ibu
Dr. Rasmiwetti, M.Si. sebagai pembimbing II.
2.
Ibu Dr. Yuni Ahda, M.Si. sebagai Ketua Program Studi
Teknologi Pendidikan Konsentrasi Pendidikan IPA.
3.
Semua pihak yang telah banyak membantu penulis,
dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga proposal tesis ini dapat disetujui untuk
dapat dilanjutkan dalam penelitian.
Padang, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (UU Sisdiknas nomor: 20 Tahun 2003).
Guna menghasilkan tamatan yang
mempunyai kemampuan sesuai standar kompetensi
lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara
sistematis, terpadu, dan tuntas. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan referensi panduan siswa secara kuantitas maupun kualitas
(Depdiknas,2008 :4). Referensi tersebut digunakan sebagai
bahan yang memudahkan guru dalam
menyajikan materi ajar dalam proses pembelajaran dan memudahkan peserta didik
untuk mempelajarinya, guru perlu mengorganisasikan materi ajar yang telah
dikembangkan ke dalam bahan ajar (Mendiknas, 2010:1)
Menurut panduan penyusunan bahan ajar
Depdiknas (2008 :4) Referensi pokok yang minimal dimiliki oleh sekolah
adalah buku-buku teks atau modul pembelajaran. Disamping buku-buku teks dan modul,
juga dikenal adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain:
lembar tugas (job sheet), lembar
kerja (work sheet), lembar informasi
(information sheet) dan bahan ajar
lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung
proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).
Lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, mengatur tentang
berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat
kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Guru pada satuan pendidikan
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik
maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan
sumber belajar dan bahan ajar.
Berdasarkan
hasil supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan KTSP Tahun 2009 yang
diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMA, ditemukan bahwa masih banyak
guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri, guru lebih
banyak mengandalkan buku paket atau bahan ajar yang disusun oleh guru lain
karena kurangnya kesadaran akan pentingnya menyusun bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan, manfaat bahan ajar dalam penyiapan perangkat pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran, serta kurangnya pemahaman guru akan mekanisme dan
teknis menyusun bahan ajar yang benar (Mendiknas 2010:1).
Bahan
ajar yang berkembang saat ini bahkan tidak hanya terbatas pada media cetak
seperti buku, modul, dan LKS. Sekarang sudah banyak bahan ajar yang
dikembangkan dalam bentuk CD pembelajaran interaktif yang berbasis TIK. Berkaitan
dengan bahan ajar yang berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi),
masalah yang ditemukan adalah bukan terbatasnya sarana TIK di sekolah tetapi terbatasnya
kemampuan guru dalam pemanfaatannya sebagai penunjang proses bealajar mengajar.
SMAN 3
Tapung merupakan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang terletak di salah
satu kecamatan di Kabupaten Kampar yang posisinya marginal dari kabupaten
tersebut. SMAN 3 Tapung adalah salah satu sekolah daerah yang sedang berusaha memperbaiki
kualitas sehingga kebutuhan akan pemenuhan referensi bahan ajar yang mendukung
perkembangan siswa untuk menyesuaikan kompetensi yang sesuai dengan standar ketuntasan. Untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar juga telah dibangun labor sains dan labor komputer dengan proporsi
yang seimbang dengan rombongan belajar siswa.
Selama ini sekolah sudah berusaha maksimal
mendatangkan referensi yang terbaik bagi perkembangan belajar siswa. Referensi
yang dipakai sebagai bahan ajar berupa buku dan lembar kerja siswa (LKS) yang
didistribusikan dari penerbit yang sudah populer serta telah tedaftar di ISBN
sebagai pencetak Buku dan LKS yang berkualitas. Tetapi dalam usaha pemenuhan
kebutuhan tersebut masih memiliki beberapa kekurangan seperti ; 1) Standar
bahan ajar yang merata se-Indonesia terkadang tidak cocok dengan pengembangan
KTSP di sekolah daerah, 2) Harga Buku
ataupun LKS yang terakumulasi menjadi besar dan menyusahkan wali murid yang
rerata berprofesi sebagai petani Sawit, 3)Penerapan pembelajaran dengan buku
dan LKS yang dimiliki saat ini belum memenuhi tuntutan kurikulum dan
pengembangan KTSP di sekolah, 4) terbatasinya kreatifitas guru untuk
mengembangkan bahan ajar sendiri.
Pada buku
mata pelajaran biologi masing-masing
penerbit memiliki kelebihan tersendiri, sehingga pemakaian buku-buku adopsi
tersebut dirasa masih perlu dianggarkan. Penggunaan bahan ajar yang
diaplikasikan di SMAN 3 Tapung tidak hanya terbatas pada buku teks saja, selain
itu juga digunakan lembar kerja siswa dari penerbit. Lembar kerja siswa (LKS) yang
digunakan selama ini, adalah LKS yang berasal dari daerah Pulau Jawa yang
kesesuaian isinya tidak seluruhnya sama dengan keadaan daerah, untuk itu guru
dituntut untuk membuat LKS yang sesuai dengan daya dukung daerah. Kenyataan
yang kita hadapi masih banyak guru yang kurang mampu dalam penyusunan LKS yang
sesuai dengan kondisi yang ada.
Selain menelaah kesesuaian isi LKS,
pelaksanaan pembelajaran dengan LKS yang ada saat ini kurang menarik minat
siswa. Diamati dalam pembelajaran sehari-hari siswa sering mengeluh ketika LKS
digunakan dalam proses pembelajaran. Keluhan yang disampaikan siswa antara lain
ketidak sesuaian pertanyaan LKS dengan materi pendukung pada LKS tersebut,
karena materi di LKS tidak begitu rinci seperti pada buku teks. Buku teks yang
dipakai dari penerbit yang berbeda juga tidak mencukupi jawaban pertanyaan LKS,
sehingga peran guru masih terlalu dominan dan LKS tidak bisa tanpa penjelasan
guru.
Siswa SMA Negeri 3 Tapung memiliki
kecenderungan belajar Biologi dengan menggunakan multi media. Biasanya yang
digunakan oleh guru adalah media power point dan video yang diunduh dari
youtube. Penggunaan media pembelajaran berbasis TIK sudah mulai diperkenalkan,
tetapi semua media tersebut tidak tersusun pada suatu program yang dapat dengan
mudah langsung diakses tanpa dicari-cari terlebih dahulu posisinya. Penerapan
pembelajaran dengan media berbasis TIK terdukung oleh kemampuan siswa yang juga
memiliki keterampilan dalam penggunaan IT, minimal microsoft office, dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan LKS berbasis IT bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman, selama ini
pengerjaan LKS Biologi sering menyita waktu meskipun sudah dilaksanakan secara
berkelompok. Terutama LKS yang menekankan pada pengetahuan konsep. Guru sering gagal
melakukan managemen waktu dengan tepat karena siswa sering menunda penyelesaian
soal. LKS yang ada memiliki banyak pertanyaan tetapi tidak selalu sesuai dengan
pengembangan indikator pembelajaran. Di antara beberapa butir soal sering ada
pengulangan soal dengan redaksi yang hampir sama. Jenis pertanyaan setiap Bab
tidak memiliki variasi, terdiri dari LKS non eksperimen yang berlandaskan
penekanan konsep yang tidak selalu terjawab oleh buku paket pegangan siswa.
Sistem pengerjaan LKS dengan menggunakan media cetak juga menuntut penulisan
dengan manual menggunakan pena/pensil, hal ini berakibat pemoloran waktu
dibanding pengerjaan dengan sistem pengetikan.
Ditinjau dari substansi LKS dibuat berupa
tugas atau rangkaian kerja yang terprogram. Menurut Lasmana (2011:16) lembaran kerja siswa (LKS) adalah lembaran yang memuat bahan pelajaran yang
disusun langkah demi langkah secara sistematis dan teratur. LKS merupakan
lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang
terprogram. Bertolak belakang dengan pendapat di atas, LKS yang
digunakan di SMAN 3 Tapung selama ini terfokus pada pertanyaan saja, tidak dilengkapi
dengan rangkaian kegiatan yang sistematis.
Adanya variasi buku paket biologi
menyajikan banyak variasi dalam pengembangan materi dalam pelaksanaan tes
termasuk skala Ujian Nasional (UN), tidak ada buku biologi yang dijadikan tolok
ukur pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan. Perbedaan penyajian konsep,
gambar-gambar pendukung dan standar evaluasi adalah hal pokok dari variasi
buku-buku teks biologi. Apabila siswa diwajibkan untuk memiliki banyak buku
pegangan tentu akan memberatkan baik dalam membawanya dan biaya yang
dikeluarkan.
Perolehan prestasi siswa dengan penerapan
LKS berbasis media cetak yang selama ini digunakan juga tidak menjamin
ketuntasan belajar. Berdasarkan perolehan nilai yang ada setelah menjawab
pertanyaan dikumpulkan skor banyak yang tidak mencapai nilai 75 sebagai
kriteria ketuntasan minimum. Hal tersebut dapat disebabkan oleh managemen waktu
yang tidak efektif sehingga penggunaan LKS media cetak tidak selalu ikut dalam
perencanaan pembelajaran. Borosnya waktu yang dipakai untuk pengerjaan LKS
tersebut membatasi penguatan dari guru dan proses diskusi yang terlaksana di
kelas sehingga LKS yang ada lebih cocok dikatakan sebagai lembar tugas saja.
Oleh karena itu peneliti ingin
mengembangkan lembar kerja siswa yang sesuai dengan pengembangan kurikulum
sekolah di SMAN 3 Tapung. LKS yang diharapkan menarik dalam penyajian dan relevan
dengan pengembangan KTSP di sekolah. Serta mampu menjadi fasilitas kreativitas
siswa dalam belajar. lembar kerja siswa yang ingin dikembangkan adalah LKS yang
tidak menggunakan media cetak, tetapi menggunakan media informatika dengan sistem
komputerisasi off line. LKS di buat dalam bentuk Microsoft Power Point dan Microsoft
Word yang Link (bertautan) dengan Microsoft Front Page dan beberapa buku
penunjang BSE.
Ketersedian Laboratorium komputer SMAN 3
Tapung yang mencukupi kebutuhan rombongan belajar (ROMBEL) dapat dimanfaatkan
bagi pengembangan LKS berbasis TIK. dan kelas XI IPA dijadikan objek pengembangan
karena kelas XI IPA jenjang penjurusan pertama di Sekolah Menengah Atas.
Materi yang ingin
diangkat pengembangan LKS berbasis TIK ini adalah membahas tentang sistem peredaran darah manusia. Materi tersebut
adalah bagian dari pembelajaran sistem organ
manusia yang memiliki kaitan satu sama lain. Materi ini dipilih karena
bersifat abstrak sehingga tidak dapat diujicobakan secara eksperimen langsung. Oleh
karena itu penyajian secara konseptual dengan media LKS berbasis TIK dirasa
cocok dijadikan alternativ.
Agar pembelajaran lebih efektif dan
mempermudah siswa untuk saling bertukar pikiran, dan pencapaian ketuntasan
belajar secara bersama dibutuhkan pola pembelajaran kooperatif. Latar belakang
siswa yang heterogen secara suku, agama, kebudayaan, perekonomian dan
pendidikan membantu dalam penyusunan kelompok kooperatif. Khusus pada
penelitian ini pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II dipilih dengan pertimbangan cocok dengan penggunaan LKS berbasis
TIK karena adanya interdependensi siswa dan siswa termotivasi untuk
berkonstribusi lebih baik di dalam timnya (Slavin, 2005:237).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dipilih
karena dianggap sinergi dengan penggunaan LKS biologi berbasis TIK. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guru mengelompokkan siswa
secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman
dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara
acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert)
pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari
materi, ahli dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topic yang
sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi ahli di konsep yang ia pelajari.
Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topic yang mereka kuasai
kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain
pada semua topic yang diberikan (Trianto,2011:73).
Penggunaan bahan
ajar yang tepat adalah solusi peningkatan aktivitas dan minat siswa dalam
pelaksanaan belajar mengajar, dengan meningkatnya aktivitas dan minat siswa
diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan prestasi siswa. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005:95) bahwa tidak akan ada belajar
tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu aktivitas sangat penting dalam proses
belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dijabarkan, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut.
1.
Lembar
Kerja Siswa yang digunakan selama ini kurang relevan dengan pengembangan kurikulum sekolah.
2.
Banyaknya
penggunaan LKS dari penerbit untuk
setiap mata pelajaran terakumulasi besar dan memberatkan wali murid dari segi
biaya.
3.
LKS
yang disajikan oleh media cetak kurang menimbulkan motivasi siswa untuk aktiv.
4.
Penggunaan
LKS dengan media cetak selama ini tidak memberikan petunjuk dan langkah yang
sistematis
5.
Materi
sistem peredaran darah pada manusia bersifat abstrak sehingga tidak dapat
dilakukan eksperimen langsung.
6.
Pembuatan
LKS oleh guru belum pernah terealisasi di SMAN 3 Tapung.
7.
Pengerjaan
LKS dengan media cetak sering terjadi pemoloran waktu.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah penulis
membatasi masalah yaitu:
1.
Realisasi
pengembangan LKS di SMA 3 tapung yang valid, praktis, dan efektif.
2.
Pengembangan LKS yang dapat memotivasi siswa
untuk aktiv dengan tampilan yang menarik.
Peneliti membatasi pengembangan yang
dilakukan dengan membuat lembar
kegiatan siswa menggunakan sistem
komputerisasi pada kelas XI IPA untuk
materi sistem Sistem Peredaran Darah pada Manusia. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran biologi
berbasis TIK. LKS yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah LKS teori (non
eksperimen).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi
dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana validitas lembar
kerja siswa berbasis TIK yang
dikembangkan pada pembelajaran Biolgi untuk
materi Sistem Peredaran Darah pada manusia?
2. Bagaimana praktikalitas lembar
kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi untuk materi Sistem Peredaran Darah pada
manusia?
3. Bagaimana efektifitas lembar
kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi untuk materi Sistem Peredaran Darah pada
manusia?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hal-hal berikut.
1. Validitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan
pada pembelajaran Biologi untuk
materi Sistem Peredaran Darah pada
manusia.
2. Praktikalitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang
dikembangkan pada pembelajaran Biologi
untuk materi Sistem Peredaran Darah pada manusia.
3. Efektifitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi untuk materi Sistem Peredaran Darah pada
manusia.
F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah lembar
kerja siswa berbasis TIK
dengan menggunakan Website off line dengan program Frontpage yang bertautan
dengan buku-buku elektronik BSE dan LKS berbasis TIK serta beberapa video
pembelajaran. Dengan demikian siswa bisa memperkaya wawasan dengan referensi
yang berjumlah lebih disamping buku pegangan mereka. Program tersebut dijadikan
software dan disajikan dalam bentuk CD sehingga mempermudah siswa belajar
secara berkelompok. LKS yang disajikan berupa LKS teori. Penggunaan sistem TIK
juga mengupayakan efektifitas waktu dan biaya dari pada harus ditulis tangan.
Ciri khas dari
produk ini adalah LKS memiliki tampilan awal pada program Frontpage, memiliki
tahapan kegiatan yang sistematis, dilengkapi penyajian materi pembelajaran
dalam bentuk power point, lembar
tugas dalam bentuk microsoft office word,
video pembelajaran dari youtube, memiliki tujuan pembelajaran dan pengayaan
referensi dari buku penunjang BSE yang dapat diunduh dari program tersebut.
Akhir dari pembelajaran berbasis TIK oleh LKS ini disempurnakan dengan lembar
evaluasi dalam bentuk interaktif.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. LKS berbasis TIK yang
dibuat dapat menjadi alternatif belajar siswa selain media cetak.
2. LKS berbasis TIK yang dibuat
dapat membangkitkan kreativitas guru Biologi khususnya dan guru bidang studi
lain pada umumnya.
3. Bagi
peneliti, meningkatkan semangat untuk menulis dan terus menggali pengetahuan
serta keterampilan.
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah Atas
Belajar didefinisikan sebagai modifikasi atau peneguhan
perilaku melalui pengalaman (learning is defined
as as the modification or strengthening
of behavior through experiencing). Belajar bukan suatu hasil dan bukan pula
suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses atau aktivitas. Belajar tidak hanya
proses mengingat atau menghafal, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu proses
mengalami sesuatu (Lufri,dkk 2006:11). Dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dipelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam dan berbagai
permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam IPA dapat ditinjau
dari objek, persoalan, tema, dan tempat kejadiannya.
Biologi sebagai salah satu disiplin ilmu pembelajaran IPA
memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen,
sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi
sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran IPA Biologi juga mengembangkan rasa
ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan
melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk
memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk
berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran IPA (BSNP, 2007)
Kurikulum biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
biologi secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi
bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber
pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Pengembangan
kurikulum biologi merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi,
ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan desentralisasi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Kompetensi Sains menjamin
pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan
kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip alam, kemampuan bekerja dan
bersikap ilmiah sekaligus pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan
berakhlak mulia.
Menurut Pratiwi dkk.
(2007:3) Biologi mempelajari tentang makhluk hidup, bagaimana interaksinya satu
sama lain, dan bagaimana intraksinya dengan lingkungan. Karakteristik ilmu
biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan permasalahan yang dipelajari dan permasalahan yang akan dikaji.
1)
Kawasan
kajian ilmu Biologi :
Cabang
ilmu biologi yang didasarkan pada objek, misalnya: Botani, Zoologi,
Mikrobiologi, Entomologi, Ornithologi, dan Mikologi.
2)
Cabang
ilmu Biologi yang didasarkan pada tema permasalahan, misalnya :Morfologi,
Fisiologi, Genetika, Ekologi, dan Taksonomi.
3)
Cabang
ilmu biologi yang didasarkan atas
tingkat organisasi kehidupan, misalnya: Sitologi, Histologi, Organologi, dan
Biologi Populasi.
4)
Cabang
ilmu yang dikembangkan berdasarkan kombinasi antara objek, tema permasalahan
dan tingkat organisasi, misalnya: Morfologi Tumbuhan, Genetikan Manusia,
Anatomi Hewan, dan Fisiologi Tumbuhan.
Menurut Campbell dkk (2002:1) Biologi
adalah pengejawantahan ilmiah dari kecenderungan manusia yang merasa mempunyai
hubungan dan tertarik pada semua bentuk kehidupan dengan ruang lingkup kajian
yang sangat luas. Biologi dewasa ini juga merupakan pemerekat kajian-kajian
sains. Biologi di Sekolah menengah atas dipelajari oleh kelas X dengan 2 jam
pelajaran waktu tatap muka setiap minggu. Sedangkan untuk kelas XI dan XII
hanya disajikan untuk kelas siswa program IPA saja dengan jumlah pertemuan
sebanyak 4 jam pelajaran tiap minggunya.
Pembelajaran
Biologi sebaiknya di arahkan kepada kegiatan - kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik
maupun secara psikis dalam memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran biologi hendaknya guru menggunakan mutu metode yang diharapkan
dapat menimbulkan rasa senang dan antusias siswa dalam belajar. Dengan
demikian, pemahaman konsep biologi semakin baik dan hasil belajarnya meningkat.
Pernyataan
di atas ditegaskan oleh Apriyani (2008:2) bahwa Biologi merupakan bagian dari ilmu
Sains yang menekankan pembelajaran yang memberikan pengalaman secara langsung,
atau siswa ditekankan untuk aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada
dasarnya pelajaran sains berupaya membekali siswa dengan berbagai kemampuan
tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk
memahami alam sekitar. Atas dasar pemikiran tersebut maka pendekatan
pembelajaran yang perlu dikembangkan perlu penekanan pada kegiatan belajar
siswa aktif.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang
meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang spesifik. Penguasaan
model pembelajaranakan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran (Bimtek KTSP,2009:77).
Semua model pembelajaran ditandai dengan
adanya (1) struktur tugas, (2) Struktur tujuan, dan (3) struktur penghargaan.
Struktur tugas mengacu kepada dua hal yaitu cara pembelajaran yang
diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh anak didik di dalam
kelas. Struktur tujuan merupakan kadar saling ketergantungan anak didik pada
saat mereka mengerjakan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan : (1) individualistik,
yaitu pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan orang lain; (2) kompetitif,
yaitu anak didik hanya dapat mencapai suatu tujuan jika anak didik lain tidak
dapat mencapai tujuan tersebut dan (3) kooperatif, anak didik dapat mencapai
tujuan hanya jika bekerjasama dengan anak didik lain. Struktur penghargaan
(reward) merupakan penghargaan yang diperoleh
anak didik atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi
tergantun jenis upaya yang dilakukan, seperti halnya struktur tujuan, yaitu
penghargaan individualistik, penghargaan kompetitif dan penghargaan kooperatif
(Lufri, 2006:48)
Menurut Ali dalam Diklat/Bimtek KTSP (2009:78)
tidak ada model pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran
atau untuk semua materi. Pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan guru di
dalam kelas mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
1)
Tujuan
Pembelajaran.
2)
Sifat materi
pembelajaran
3)
Ketersediaan
fasilitas.
4)
Kondisi peserta
didik.
5)
Alokasi waktu yang
tersedia
Sedangkan ciri model pembelajaran yang baik antara lain; (1)
adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap, (2) Adanya
keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model
pembelajaran, (3) Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan
motivator kegiatan belajar peserta didik, dan (4) Penggunaan berbagai metode,
alat dan media pembelajaran.
Metode Jigsaw Aronson yang orisinil mendelegasikan
para siswa membaca bagian-bagian yang
berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini berguna untuk membantu
para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai
konstribusi tiap anggotanya. Tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya
dapat dipahami. Metode orisinil ini membutuhkan pengembangan yang ekstensif
dari materi-materi khusus. Bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah,
yaitu Jigsaw II (Slavin, 2005:236-237).
Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam
tim yang heterogen, seperti dalam STAD dan TGT. Siswa diberi tugas untuk membaca
beberapa bab atau unit, dan diberikan
”lembaran ahli” yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang harus menjadi
fokus perhatian masing-masing anggota tim sat mereka membaca. Setelah semua
anak selesai membaca siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus
topik yang sama bertemu dalam ”kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka
sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka
dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir
para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan
menjadi skor tim. Skor-skor yang dikonstribusikan para siswa kepada timnya
didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya
meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim
lainnya. Sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik
dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu
timnya melakukan tugas dengan baik (Slavin, 2005:237).
Langkah-langkah pembelajaran
dengan Jigsaw II adalah sebagai berikut (Trianto,2009:74-79):
a)
Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses
belajar mengajar. Mengingatkan siswa untuk selalu percaya diri, kritis,
kooperatif dalam belajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara
keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b)
Pengelompokan
Membagi siswa kedalam 5 grup heterogen memberi indeks 1
untuk kelompok siswa yang memiliki kemampuan akademik sangat baik, indeks 2
untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok
rendah.
c)
Pembentukan
dan pembinaan kelompok expert (ahli)
Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik
kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks worksheet 1. Kelompok 2 diberi
materi dibawah materi 1 demikian seterusnya sampai kelompok expert 4 pada
materi yang paling sederhana.
d)
Diskusi
(pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,
masing-masing kembali dalam kelompok asal. Pada fase kelima ini grup (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep
tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota kelompok untuk mempresentasikan
keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu, sehingga diharapkan
terjadi sharing pengetahuan antara mereka
Aturan dalam fase
ini adalah:
(a)
Siswa
memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari
materi yang diberikan.
(b)
Memperoleh
pengetahuan baru adalah tanggungjawab bersama, jadi tidak ada yang selesai
belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
(c)
Tanyakan
pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik.
(d)
Pembicaraan
dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain.
(e)
Akhiri
diskusi dengan merayakannya agar memperoleh kepuasan.
e)
Tes
(penilaian)
Pada
fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat
seluruh konsep yang didiskusikan. Test dilaksanakan secara individual.
f)
Pengakuan
kelompok
Penilaian
pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak
didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata
skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan konstribusi poin maksimum
pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk
kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Huda (2011:118) menjelaskan bahwa penghargaan kelompok
diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok
akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan
peningkatan performa dibandingkan sebelumnya saat ditugaskan mengerjakan kuis.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
cocok dengan pengembangan LKS berbasis TIK sebagai bagian dari petunjuk
kegiatan siswa dalam belajar yang berisi langkah-langkah pembelajaran secara
sistematis. Sistematika LKS sesuai dengan sintaks jigsaw II dan merupakan
bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar sistem peredaran
darah pada manusia.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.
Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan
dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan
buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
didik dapat berupa teoritis dan atau
tugas-tugas praktis. Tugas teoritis
misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk
dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan (Depdiknas 2008:13)
Menurut Anggaryani (dalam Lasmana 2011:18) lembar kegiatan siswa ada dua macam, yaitu:
LKS Eksperimen dan LKS non Eksperimen. LKS Eksperimen digunakan untuk
membimbing siswa dalam melakukan eksperimen, sedangkan LKS non eksperimen
digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembahasan diluar eksperimen atau
untuk mengatasi hambatan proses pembelajaran eksperimen, misalnya sekolah tidak
mempunyai fasilitas untuk kegiatan laboratorium.
Lembar kerja siswa eksperimen adalah
lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan yang harus
diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan
eksperimen di laboratorium. Sedangkan LKS non eksperimen adalah lembar kegiatan
yang berisikan perintah atau pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa
untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan di kelas.
Menurut juknis pengembangan bahan ajar
Depdiknas (2010:35) susunan LKS minimal memuat:
1. Judul/identitas
2. Petunjuk Belajar
3. SK/KD
4. Materi Pembelajaran
5. Informasi pendukung
6. Paparan isi materi
7. Tugas/Langkah Kerja
8.
Penilaian
Menurut
Sudjana dan Rivai (1997:134) lembaran kegiatan siswa memuat materi pelajaran
yang harus dikuasai oleh siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah sehingga
mempermudah siswa belajar. LKS adalah lembaran kegiatan untuk memperoleh konsep
serta informasi maupun soal-soal atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
4. LKS berbasis TIK
TIK merupakan bagian dari sarana
komputerisasi yang dapat dimanfaatkan dalam membantu kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran berbaasis komputer lebih dikenal dengan istilah multimedia
pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Komputer merupakan perkembangan pembelajaran
berprogram (programed Instruction) yang lebih dikenal Association of Education
and Communication Tecnologi (AECT).
Dalam pembelajaran berbasis komputer siswa berkelompok dan melakukan
interaksi langsung secara individu dengan multimedia yang dikembangkan (Ariani dan
Dany, 2010).
Criswell
dalam Ariani dan Haryanto (2007)
mengatakan:
”menggunakan komputer untuk
mempresentasikan materi ajar, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dan merespon
reaksi-reaksi para siswa. Sangat sederhana dan sangat bermanfaat mengajarkan
komputer berbasis instruksi”.
Pengertian TIK terdiri atas dua
aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi
mengandung pengertian segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi dan pengolahan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan
alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke
perangkat yang lain. Pengertian bahan ajar berbasis TIK adalah bahan ajar yang
berkaitan dengan teknologi sebagai alat bantu untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai
cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas (Dokumen Kurikulum 2004,
butir B dalam Mendiknas 2010:27)
Menurut Nurohman (2010:7)
Personal WEB atau Web pribadi merupakan halaman Web yang
dimiliki oleh seseorang untuk menyampaiakan berbagai informasi kepada publik. TIK
semacam ini dapat dibangun dengan menggunakan berbagai bahasa pemrograman,
aplikasi Macromedia Flash, Microsof Office FrontPage bahkan dapat juga dibangun
berbasis Microsof Office Word. Setelah didesain template maupun kontainnya,
rancangan TIK tersebut dapat dihosting ke suatu lembaga penyedia jasa hosting.
Selain itu seseoarang juga dapat membangun dan mengelola sebuah personal Web
dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh berbagai lembaga
penyedia Web log (Blog).
LKS yang menyajikan materi tentang Sistem Sistem
Peredaran Darah manusia sangat cocok dengan pembelajaran berbasis TIK yang
dikemas dalam model pembelajaran Jigsaw II. Karena materi yang dihadapi oleh
siswa bersifat abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari. Hal ini
sejalan dengan penelitian Bobbi De Porter, penggagas Quantum Learning:
”manusia dapat menyerap suatu materi
sebanyak 70 persen dari apa yang dikenakan, 50% dari apa yang didengar dan
dilihat (audio visual), dan 30 persen dari apa yang dilihatnya, dari informasi
yang 20 persen dan dari yang dibaca 10
persen”.
Oleh karena itu LKS berbasis TIK ini tidak
hanya mempertimbangkan masalah ekonomi tetapi juga unsur validitas,
praktikabilitas, realibilitas, dan objektivitasnya. Arikunto (2009:58)
mengatakan bahwa validitas merupakan
kata benda sedangkan valid adalah kata sifat. Sebuah data atau informasi dapat
dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataannya. Jika data yang dihasilkan
oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataannya, maka instrumen yang
digunakan tersebut juga valid. Dengan
demikian validitas dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan suatu data. Reliabilitas artinya dapat dipercaya
karena data yang diperoleh memiliki sifat ketetapan. Jika dihubungkan dengan
validitas, validitas berarti ketepatan sedangkan reliabilitas berarti
ketetapan. Selain itu sebuah data bersifat praktikalitas yang tinggi apabila
bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. Kemudian LKS ini diharapkan
juga memiliki objektivitas yang baik dengan arti kata tepat pada sasarannya.
Pembelajaran LKS berbasis TIK ini nantinya
berisi menu-menu yang terdiri dari LKS yang dibuat dalam berbagai bentuk dan
program komputerisasi. Kemudian siswa duduk secara berkelompok dan sama-sama
menuntaskan Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai secara bersama-sama.
Kemudian ditunjang oleh buku-buku BSE yang dapat diunduh secara langsung.
Pada penelitian ini dikembangkan LKS berbasis TIK pada pokok
bahasan sistem Peredaran Darah pada Manusia yang mengacu pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah ditetapkan oleh Depdiknas kemudian
divalidasi oleh pakar sehingga diperoleh LKS yang valid. Setelah diperoleh LKS
yang valid, dilakukan uji praktikalitas dan efektifitasnya.
5. Kriteria lembar kerja siswa
Untuk menghasilkan LKS yang baik, perlu diketahui kriteria LKS yang baik.
LKS haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menyusun LKS menurut Juariah (1999 dalam Anggaryani, 2006:9)
adalah sebagai berikut:
a. Mengacu
pada kurikulum.
b. Bahan
mudah dicerna.
- Mendorong siswa untuk belajar atau bekerja.
- Ada kesesuaian antara materi dan waktu yang tersedia.
- Digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.
- Digunakan menemukan konsep.
Adapun persyaratan
yang harus dipenuhi dalam membuat
LKS menurut Anggaryani (2006:10) adalah
sebagai berikut :
a. Syarat-syarat didaktik
LKS
sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran harus
mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu:
1) Tekanan pada proses untuk menemukan
konsep-konsep sehingga LKS di sini berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk
mencari tahu.
2) Memperhatikan adanya perbedaan individual,
sehingga LKS yang baik itu dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
b. Syarat-syarat konstruksi
Persyaratan
konstruksi yang harus
dipenuhi oleh LKS adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kesederhanaan pemakaian kata-kata dan kejelasan. LKS tepat
guna dan dapat dimengerti siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam membuat LKS, seperti:
1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan siswa.
2) Menggunakan struktur kalimat atau
kata-kata yang jelas.
3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa. Apabila konsep yang hendak dituju merupakan
sesuatu yang kompleks, dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian yang lebih
sederhana.
4) Menggunakan kalimat yang sederhana dan
pendek.
5) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta
pelajaran itu bermanfaat sehingga bisa menjadi sumber motivasi bagi siswa.
6) Mempunyai identitas untuk lebih memudahkan
administrasi. Misalnya kelas, mata pelajaran, topik, tanggal dan sebagainya.
c. Syarat-syarat teknis
Penyusunan
dan pembuatan LKS juga harus memenuhi syarat-syarat teknis sebagai berikut :
1)
Tulisan
a) Menggunakan huruf cetak dan tidak
menggunakan huruf romawi/latin.
b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar
untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.
c) Jumlah kata dalam satu baris tidak lebih
dari 10 kata.
2) Penampilan,
harus memiliki kombinasi.
d. Langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut:
1) Melakukan analisis kurikulum: SK, KD,
indikator dan materi pembelajaran.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS.
3) Menentukan judul LKS.
4) Menulis LKS.
5) Menentukan alat penilaian.
(Anonimus, 2010:9)
e. Struktur LKS secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Judul, mata pelajaran, semester, tempat
2) Petunjuk belajar
3) Kompetensi yang akan dicapai
4) Indikator
5) Informasi pendukung
6) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
7) Penilaian
(Anonimus, 2010:9)
f. Berdasarkan kriteria LKS
peneliti susun kali ini adalah sebagai berikut:
1).
Syarat-syarat didaktik, meliputi :
a) Materi sesuai dengan KTSP.
b) Memperhatikan adanya perbedaan individual,
karena dalam KTSP menekankan pada adanya kompetensi maka LKS harus dapat
mengukur kemampuan siswa.
c) Kegiatan mendukung pemahaman konsep,
kegiatan dalam LKS membantu memahami konsep-konsep yang dipelajari.
d) Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata
siswa dan teknologi, karena dalam kurikulum 2006 kegiatan pembelajaran lebih
diarahkan pada pengalaman belajar ada baiknya bila kegiatan dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan teknologi seperti kegiatan menemukan.
2). Syarat-syarat konstruksi, meliputi:
a. Memiliki tujuan belajar yang jelas.
b. Memuat pokok-pokok materi dan rinciannya.
c. Menggunakan kalimat yang sederhana,
jelas dan mudah dipahami.
d. Memiliki tata urutan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
e. Memiliki petunjuk untuk siswa mengenai topik yang dibahas,
pengarahan umum (prosedur
kegiatan).
f.
Mempunyai identitas, yang meliputi:
(1) No.Materi Bab/Sub.Bab, (2) Judul,
(3) Identitas
siswa atau kelompok dan (4) Tanggal/Nilai/ Paraf guru.
g. Mendorong
siswa belajar atau bekerja secara ilmiah.
3).
Syarat-syarat teknis, meliputi :
a) Tulisan, menggunakan huruf yang sesuai.
b) Penampilan, dari segi penampilan LKS harus
dibuat menarik, perlu memperhatikan kebenaran isi, format dan susunan kata
dalam LKS. Daftar pustaka tidak dicantumkan karena LKS ini merupakan hasil
kreasi sendiri. Kunci LKS tidak perlu
diberikan, karena LKS ini untuk siswa maka kunci tidak perlu diberikan.
Lembar kerja siswa yang dikembangkan harus memenuhi tiga
kriteria utama yaitu; valid, praktis dan efektif. Menurut (Trianto, 2010:255) ”valid artinya penilaian sudah
memberikan informasi yang akurat tentang media yang dikembangkan”. Praktis
berarti mudah digunakan, menurut Lasmana (2011:84) praktikalitas berdasarkan
respon guru dan siswa terhadap LKS yang memiliki nilai interpretasi yang baik
sehingga mudah dipahami. Nilai efektif sangat penting untuk meningkatkan
aktivitas, minat dan hasil belajar siswa (Lasmana,2011:88)
Lembaran kerja siswa itu berisikan petunjuk untuk melakukan kegiatan
dan juga berisikan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Dengan
diberikannya LKS dalam proses pembelajaran maka pengajaran yang diberikan lebih
terarah dan menghindarkan siswa dari kegiatan yang tidak berguna untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dan waktu yang lebih efektif. Penyajian proses pembelajaran
seperti ini dapat mengaktifkan siswa dalam belajar mengolah perolehannya (Said,
1997:51-52).
6. Materi Ajar
Materi ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah bahan
atau material yang mengandung kemampuan yang akan dicapai oleh siswa untuk
pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap dalam rangka memenuhi kompetensi
yang ditetapkan (Depdiknas,2009:3). Materi ajar dipersiapkan dan dikonstruksi oleh guru secara sengaja untuk mencapai
kompetensi/tujuan pembelajaran. Materi ajar untuk pembelajaran dapat bersifat self-instructional dan memiliki
kemampuan menjelaskan sendiri (self-explanatory
power).
Langkah-langkah perancangan materi ajar
adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji kesesuaian materi yang akan
disajikan dalam materi ajar dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum
2. Menentukan kedalaman dan ruang
lingkup materi ajar
3. Menentukan urutan materi ajar
4. Menentukan jenis perlakuan yang
diberikan terhadap materi ajar
5. Menentukan sumber materi pelajaran
Materi
ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi (Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses). Patokan
penulisan materi ajar terdiri atas:
1. Kecermatan isi: kebenaran konsep pada isi harus cermat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Ketepatan cakupan :
Berdasarkan hasil analisis tentang karakteristik pengguna materi ajar.
3. Ketercernaan naskah : mencakup pemaparan logis, penyajian materi
yang runtut, contoh dan ilustrasi yang mendukung, alat bantu baca dan format
yang tertib dan konsisten, serta penjelasan tentang relevansi dan manfaat
materi ajar.
4. Penggunaan
bahasa :
mencakup ragam bahasa, pilihan kata, keefektifan kalimat serta
penyusunan kalimat.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian
ini adalah:
1.
Desvita
(2010) berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Model Jigsaw II Untuk pembelajaran IPA kelas V Sekolah
Dasar pada Sub Materi Alat Pernapasan pada Manusia . Menyimpulkan bahwa
Pengembangan Perangkat pembelajaran berbasis model Jigsaw II untuk pembelajaran
IPA kelas V Sekolah Dasar pada sub
materi alat pernapasan Manusia yang yang
terdiri dari Rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, lembar kerja siswa
memberikan hasil yang valid, praktis dan efektif.