Sabtu, 24 Maret 2012

Proposal pengembangan LKS Berbasis TIK


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul ”Pengembangan Lembaran Kerja Siswa Berbasis TIK  Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Materi Sistem Peredaran Darah pada Manusia untuk Pembelajaran Biologi SMA Kelas XI IPA di SMAN 3 Tapung”.
Penyusunan proposal tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan Kosentrasi Pendidikan IPA di Pascasarjana Universitas Negeri Padang. selama menyusun proposal ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1.   Bapak Prof. Lufri M.S. sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Rasmiwetti, M.Si. sebagai pembimbing II.
2.   Ibu Dr. Yuni Ahda, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Pendidikan IPA.
3.   Semua pihak yang telah banyak membantu penulis, dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga  proposal tesis ini dapat disetujui untuk dapat dilanjutkan dalam penelitian.
                                                                              Padang,    Januari 2012
                                                                                            Penulis 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 


 


DAFTAR GAMBAR




 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





 

 

 

 

 



DAFTAR LAMPIRAN




































 







BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas nomor: 20 Tahun 2003).
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai  kemampuan sesuai standar kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan tuntas. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan referensi panduan siswa secara kuantitas maupun kualitas (Depdiknas,2008 :4). Referensi tersebut digunakan sebagai bahan yang  memudahkan guru dalam menyajikan materi ajar dalam proses pembelajaran dan memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, guru perlu mengorganisasikan materi ajar yang telah dikembangkan ke dalam bahan ajar (Mendiknas, 2010:1)
Menurut panduan penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008 :4) Referensi pokok yang minimal dimiliki oleh sekolah adalah buku-buku teks atau modul pembelajaran. Disamping buku-buku teks dan modul, juga dikenal adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).
Lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, mengatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.
Berdasarkan hasil supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan KTSP Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMA, ditemukan bahwa masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri, guru lebih banyak mengandalkan buku paket atau bahan ajar yang disusun oleh guru lain karena kurangnya kesadaran akan pentingnya menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan, manfaat bahan ajar dalam penyiapan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran, serta kurangnya pemahaman guru akan mekanisme dan teknis menyusun bahan ajar yang benar (Mendiknas 2010:1).
Bahan ajar yang berkembang saat ini bahkan tidak hanya terbatas pada media cetak seperti buku, modul, dan LKS. Sekarang sudah banyak bahan ajar yang dikembangkan dalam bentuk CD pembelajaran interaktif yang berbasis TIK. Berkaitan dengan bahan ajar yang berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), masalah yang ditemukan adalah bukan terbatasnya sarana TIK di sekolah tetapi terbatasnya kemampuan guru dalam pemanfaatannya sebagai penunjang proses bealajar mengajar.
SMAN 3  Tapung merupakan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang terletak di salah satu kecamatan di Kabupaten Kampar yang posisinya marginal dari kabupaten tersebut. SMAN 3 Tapung adalah salah satu sekolah daerah yang sedang berusaha memperbaiki kualitas sehingga kebutuhan akan pemenuhan referensi bahan ajar yang mendukung perkembangan siswa untuk menyesuaikan kompetensi yang sesuai dengan standar  ketuntasan. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar juga telah dibangun labor sains dan labor komputer dengan proporsi yang seimbang dengan rombongan belajar siswa.
Selama ini sekolah sudah berusaha maksimal mendatangkan referensi yang terbaik bagi perkembangan belajar siswa. Referensi yang dipakai sebagai bahan ajar berupa buku dan lembar kerja siswa (LKS) yang didistribusikan dari penerbit yang sudah populer serta telah tedaftar di ISBN sebagai pencetak Buku dan LKS yang berkualitas. Tetapi dalam usaha pemenuhan kebutuhan tersebut masih memiliki beberapa kekurangan seperti ; 1) Standar bahan ajar yang merata se-Indonesia terkadang tidak cocok dengan pengembangan KTSP  di sekolah daerah, 2) Harga Buku ataupun LKS yang terakumulasi menjadi besar dan menyusahkan wali murid yang rerata berprofesi sebagai petani Sawit, 3)Penerapan pembelajaran dengan buku dan LKS yang dimiliki saat ini belum memenuhi tuntutan kurikulum dan pengembangan KTSP di sekolah, 4) terbatasinya kreatifitas guru untuk mengembangkan bahan ajar sendiri.
Pada buku  mata pelajaran biologi  masing-masing penerbit memiliki kelebihan tersendiri, sehingga pemakaian buku-buku adopsi tersebut dirasa masih perlu dianggarkan. Penggunaan bahan ajar yang diaplikasikan di SMAN 3 Tapung tidak hanya terbatas pada buku teks saja, selain itu juga digunakan lembar kerja siswa dari penerbit. Lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan selama ini, adalah LKS yang berasal dari daerah Pulau Jawa yang kesesuaian isinya tidak seluruhnya sama dengan keadaan daerah, untuk itu guru dituntut untuk membuat LKS yang sesuai dengan daya dukung daerah. Kenyataan yang kita hadapi masih banyak guru yang kurang mampu dalam penyusunan LKS yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Selain menelaah kesesuaian isi LKS, pelaksanaan pembelajaran dengan LKS yang ada saat ini kurang menarik minat siswa. Diamati dalam pembelajaran sehari-hari siswa sering mengeluh ketika LKS digunakan dalam proses pembelajaran. Keluhan yang disampaikan siswa antara lain ketidak sesuaian pertanyaan LKS dengan materi pendukung pada LKS tersebut, karena materi di LKS tidak begitu rinci seperti pada buku teks. Buku teks yang dipakai dari penerbit yang berbeda juga tidak mencukupi jawaban pertanyaan LKS, sehingga peran guru masih terlalu dominan dan LKS tidak bisa tanpa penjelasan guru.
Siswa SMA Negeri 3 Tapung memiliki kecenderungan belajar Biologi dengan menggunakan multi media. Biasanya yang digunakan oleh guru adalah media power point dan video yang diunduh dari youtube. Penggunaan media pembelajaran berbasis TIK sudah mulai diperkenalkan, tetapi semua media tersebut tidak tersusun pada suatu program yang dapat dengan mudah langsung diakses tanpa dicari-cari terlebih dahulu posisinya. Penerapan pembelajaran dengan media berbasis TIK terdukung oleh kemampuan siswa yang juga memiliki keterampilan dalam penggunaan IT, minimal microsoft office, dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis IT bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman, selama ini pengerjaan LKS Biologi sering menyita waktu meskipun sudah dilaksanakan secara berkelompok. Terutama LKS yang menekankan pada pengetahuan konsep. Guru sering gagal melakukan managemen waktu dengan tepat karena siswa sering menunda penyelesaian soal. LKS yang ada memiliki banyak pertanyaan tetapi tidak selalu sesuai dengan pengembangan indikator pembelajaran. Di antara beberapa butir soal sering ada pengulangan soal dengan redaksi yang hampir sama. Jenis pertanyaan setiap Bab tidak memiliki variasi, terdiri dari LKS non eksperimen yang berlandaskan penekanan konsep yang tidak selalu terjawab oleh buku paket pegangan siswa. Sistem pengerjaan LKS dengan menggunakan media cetak juga menuntut penulisan dengan manual menggunakan pena/pensil, hal ini berakibat pemoloran waktu dibanding pengerjaan dengan sistem pengetikan.
Ditinjau dari substansi LKS dibuat berupa tugas atau rangkaian kerja yang terprogram. Menurut Lasmana (2011:16) lembaran kerja siswa (LKS) adalah  lembaran yang memuat bahan pelajaran yang disusun langkah demi langkah secara sistematis dan teratur. LKS merupakan lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang terprogram. Bertolak belakang dengan pendapat di atas, LKS yang digunakan di SMAN 3 Tapung selama ini terfokus pada pertanyaan saja, tidak dilengkapi dengan rangkaian kegiatan yang sistematis.
Adanya variasi buku paket biologi menyajikan banyak variasi dalam pengembangan materi dalam pelaksanaan tes termasuk skala Ujian Nasional (UN), tidak ada buku biologi yang dijadikan tolok ukur pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan. Perbedaan penyajian konsep, gambar-gambar pendukung dan standar evaluasi adalah hal pokok dari variasi buku-buku teks biologi. Apabila siswa diwajibkan untuk memiliki banyak buku pegangan tentu akan memberatkan baik dalam membawanya dan biaya yang dikeluarkan.
Perolehan prestasi siswa dengan penerapan LKS berbasis media cetak yang selama ini digunakan juga tidak menjamin ketuntasan belajar. Berdasarkan perolehan nilai yang ada setelah menjawab pertanyaan dikumpulkan skor banyak yang tidak mencapai nilai 75 sebagai kriteria ketuntasan minimum. Hal tersebut dapat disebabkan oleh managemen waktu yang tidak efektif sehingga penggunaan LKS media cetak tidak selalu ikut dalam perencanaan pembelajaran. Borosnya waktu yang dipakai untuk pengerjaan LKS tersebut membatasi penguatan dari guru dan proses diskusi yang terlaksana di kelas sehingga LKS yang ada lebih cocok dikatakan sebagai lembar tugas saja.
Oleh karena itu peneliti ingin mengembangkan lembar kerja siswa yang sesuai dengan pengembangan kurikulum sekolah di SMAN 3 Tapung. LKS yang diharapkan menarik dalam penyajian dan relevan dengan pengembangan KTSP di sekolah. Serta mampu menjadi fasilitas kreativitas siswa dalam belajar. lembar kerja siswa yang ingin dikembangkan adalah LKS yang tidak menggunakan media cetak, tetapi menggunakan media informatika dengan sistem komputerisasi off line. LKS di buat dalam bentuk Microsoft Power Point dan Microsoft Word yang Link (bertautan) dengan Microsoft Front Page dan beberapa buku penunjang BSE.
Ketersedian Laboratorium komputer SMAN 3 Tapung yang mencukupi kebutuhan rombongan belajar (ROMBEL) dapat dimanfaatkan bagi pengembangan LKS berbasis TIK.  dan  kelas XI IPA dijadikan objek pengembangan karena kelas XI IPA jenjang penjurusan pertama di Sekolah Menengah Atas.
Materi yang ingin diangkat pengembangan LKS berbasis TIK ini adalah membahas tentang  sistem peredaran darah manusia. Materi tersebut adalah bagian dari pembelajaran sistem organ  manusia yang memiliki kaitan satu sama lain. Materi ini dipilih karena bersifat abstrak sehingga tidak dapat diujicobakan secara eksperimen langsung. Oleh karena itu penyajian secara konseptual dengan media LKS berbasis TIK dirasa cocok dijadikan alternativ.
Agar pembelajaran lebih efektif dan mempermudah siswa untuk saling bertukar pikiran, dan pencapaian ketuntasan belajar secara bersama dibutuhkan pola pembelajaran kooperatif. Latar belakang siswa yang heterogen secara suku, agama, kebudayaan, perekonomian dan pendidikan membantu dalam penyusunan kelompok kooperatif. Khusus pada penelitian ini  pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dipilih dengan pertimbangan cocok dengan penggunaan LKS berbasis TIK karena adanya interdependensi siswa dan siswa termotivasi untuk berkonstribusi lebih baik di dalam timnya (Slavin, 2005:237).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dipilih karena dianggap sinergi dengan penggunaan LKS biologi berbasis TIK. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guru mengelompokkan siswa secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, ahli dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topic yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi ahli di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topic yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua topic yang diberikan (Trianto,2011:73).
Penggunaan bahan ajar yang tepat adalah solusi peningkatan aktivitas dan minat siswa dalam pelaksanaan belajar mengajar, dengan meningkatnya aktivitas dan minat siswa diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan prestasi siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005:95) bahwa tidak akan ada belajar tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu aktivitas sangat penting dalam proses belajar.

B. Identifikasi Masalah

      Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1.      Lembar Kerja Siswa yang digunakan selama ini kurang relevan dengan pengembangan  kurikulum sekolah.
2.      Banyaknya penggunaan LKS dari penerbit  untuk setiap mata pelajaran terakumulasi besar dan memberatkan wali murid dari segi biaya.
3.      LKS yang disajikan oleh media cetak kurang menimbulkan motivasi siswa untuk aktiv.
4.      Penggunaan LKS dengan media cetak selama ini tidak memberikan petunjuk dan langkah yang sistematis
5.      Materi sistem peredaran darah pada manusia bersifat abstrak sehingga tidak dapat dilakukan eksperimen langsung.
6.      Pembuatan LKS oleh guru belum pernah terealisasi di SMAN 3 Tapung.
7.      Pengerjaan LKS dengan media cetak sering terjadi pemoloran waktu.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah penulis membatasi masalah yaitu:
1.      Realisasi pengembangan LKS di SMA 3 tapung yang valid, praktis, dan efektif.
2.       Pengembangan LKS yang dapat memotivasi siswa untuk aktiv dengan tampilan yang menarik.
Peneliti membatasi pengembangan yang dilakukan dengan membuat  lembar kegiatan  siswa menggunakan sistem komputerisasi pada kelas XI IPA  untuk materi sistem Sistem Peredaran Darah pada Manusia. Pembelajaran  yang dilaksanakan adalah pembelajaran biologi berbasis TIK. LKS yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah LKS teori (non eksperimen).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.     Bagaimana validitas lembar kerja siswa berbasis TIK  yang dikembangkan pada pembelajaran Biolgi  untuk materi Sistem Peredaran Darah pada manusia?
2.     Bagaimana praktikalitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi  untuk materi Sistem Peredaran Darah pada manusia?
3.     Bagaimana efektifitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi  untuk materi Sistem Peredaran Darah pada manusia?

E. Tujuan Penelitian

            Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut.
1.     Validitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi  untuk materi  Sistem Peredaran Darah pada manusia.
2.     Praktikalitas lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi  untuk materi Sistem Peredaran Darah pada manusia.
3.     Efektifitas  lembar kerja siswa berbasis TIK yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi  untuk materi Sistem Peredaran Darah pada manusia.

F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

      Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah lembar kerja siswa berbasis TIK dengan menggunakan Website off line dengan program Frontpage yang bertautan dengan buku-buku elektronik BSE dan LKS berbasis TIK serta beberapa video pembelajaran. Dengan demikian siswa bisa memperkaya wawasan dengan referensi yang berjumlah lebih disamping buku pegangan mereka. Program tersebut dijadikan software dan disajikan dalam bentuk CD sehingga mempermudah siswa belajar secara berkelompok. LKS yang disajikan berupa LKS teori. Penggunaan sistem TIK juga mengupayakan efektifitas waktu dan biaya dari pada harus ditulis tangan.
Ciri khas dari produk ini adalah LKS memiliki tampilan awal pada program Frontpage, memiliki tahapan kegiatan yang sistematis, dilengkapi penyajian materi pembelajaran dalam bentuk power point, lembar tugas dalam bentuk microsoft office word, video pembelajaran dari youtube, memiliki tujuan pembelajaran dan pengayaan referensi dari buku penunjang BSE yang dapat diunduh dari program tersebut. Akhir dari pembelajaran berbasis TIK oleh LKS ini disempurnakan dengan lembar evaluasi dalam bentuk interaktif.

F. Manfaat Penelitian

            Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.     LKS berbasis TIK yang dibuat dapat menjadi alternatif belajar siswa selain media cetak.
2.     LKS berbasis TIK yang dibuat dapat membangkitkan kreativitas guru Biologi khususnya dan guru bidang studi lain pada umumnya.
3.     Bagi peneliti, meningkatkan semangat untuk menulis dan terus menggali pengetahuan serta keterampilan.
4.     Bagi Sekolah sebagai salah satu upaya mengembangkan kreatifitas guru.






















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah Atas

           
Belajar didefinisikan sebagai modifikasi atau peneguhan perilaku melalui pengalaman (learning is defined as as the modification  or strengthening of behavior through experiencing). Belajar bukan suatu hasil dan bukan pula suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses atau aktivitas. Belajar tidak hanya proses mengingat atau menghafal, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu proses mengalami sesuatu (Lufri,dkk 2006:11). Dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam IPA dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan tempat kejadiannya.
Biologi sebagai salah satu disiplin ilmu pembelajaran IPA memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran IPA Biologi juga mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran IPA (BSNP, 2007)
Kurikulum biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan biologi secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Pengembangan kurikulum biologi merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran dengan keadaan dan kebutuhan setempat.  Kompetensi Sains menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip alam, kemampuan bekerja dan bersikap ilmiah sekaligus pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.
Menurut Pratiwi dkk. (2007:3) Biologi mempelajari tentang makhluk hidup, bagaimana interaksinya satu sama lain, dan bagaimana intraksinya dengan lingkungan. Karakteristik ilmu biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan permasalahan yang  dipelajari dan permasalahan yang akan dikaji.
1)         Kawasan kajian ilmu Biologi :
Cabang ilmu biologi yang didasarkan pada objek, misalnya: Botani, Zoologi, Mikrobiologi, Entomologi, Ornithologi, dan Mikologi.
2)         Cabang ilmu Biologi yang didasarkan pada tema permasalahan, misalnya :Morfologi, Fisiologi, Genetika, Ekologi, dan Taksonomi.
3)         Cabang ilmu biologi yang didasarkan  atas tingkat organisasi kehidupan, misalnya: Sitologi, Histologi, Organologi, dan Biologi Populasi.
4)         Cabang ilmu yang dikembangkan berdasarkan kombinasi antara objek, tema permasalahan dan tingkat organisasi, misalnya: Morfologi Tumbuhan, Genetikan Manusia, Anatomi Hewan, dan Fisiologi Tumbuhan.
Menurut Campbell dkk (2002:1) Biologi adalah pengejawantahan ilmiah dari kecenderungan manusia yang merasa mempunyai hubungan dan tertarik pada semua bentuk kehidupan dengan ruang lingkup kajian yang sangat luas. Biologi dewasa ini juga merupakan pemerekat kajian-kajian sains. Biologi di Sekolah menengah atas dipelajari oleh kelas X dengan 2 jam pelajaran waktu tatap muka setiap minggu. Sedangkan untuk kelas XI dan XII hanya disajikan untuk kelas siswa program IPA saja dengan jumlah pertemuan sebanyak 4 jam pelajaran tiap minggunya.
Pembelajaran Biologi sebaiknya di arahkan kepada kegiatan - kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik maupun secara psikis dalam memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran biologi hendaknya guru menggunakan mutu metode yang diharapkan dapat menimbulkan rasa senang dan antusias siswa dalam belajar. Dengan demikian, pemahaman konsep biologi semakin baik dan hasil belajarnya meningkat.
Pernyataan di atas ditegaskan oleh Apriyani (2008:2) bahwa Biologi merupakan bagian dari ilmu Sains yang menekankan pembelajaran yang memberikan pengalaman secara langsung, atau siswa ditekankan untuk aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada dasarnya pelajaran sains berupaya membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar. Atas dasar pemikiran tersebut maka pendekatan pembelajaran yang perlu dikembangkan perlu penekanan pada kegiatan belajar siswa aktif.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang spesifik. Penguasaan model pembelajaranakan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran (Bimtek KTSP,2009:77).
Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya (1) struktur tugas, (2) Struktur tujuan, dan (3) struktur penghargaan. Struktur tugas mengacu kepada dua hal yaitu cara pembelajaran yang diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh anak didik di dalam kelas. Struktur tujuan merupakan kadar saling ketergantungan anak didik pada saat mereka mengerjakan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan : (1) individualistik, yaitu pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan orang lain; (2) kompetitif, yaitu anak didik hanya dapat mencapai suatu tujuan jika anak didik lain tidak dapat mencapai tujuan tersebut dan (3) kooperatif, anak didik dapat mencapai tujuan hanya jika bekerjasama dengan anak didik lain. Struktur penghargaan (reward) merupakan penghargaan yang diperoleh  anak didik atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi tergantun jenis upaya yang dilakukan, seperti halnya struktur tujuan, yaitu penghargaan individualistik, penghargaan kompetitif dan penghargaan kooperatif (Lufri, 2006:48)
Menurut Ali dalam  Diklat/Bimtek KTSP (2009:78) tidak ada model pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi. Pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan guru di dalam kelas mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
1)      Tujuan Pembelajaran.
2)      Sifat materi pembelajaran
3)      Ketersediaan fasilitas.
4)      Kondisi peserta didik.
5)      Alokasi waktu yang tersedia
      Sedangkan ciri model pembelajaran yang baik antara lain; (1) adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap, (2) Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran, (3) Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik, dan (4) Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran.
Metode Jigsaw Aronson yang orisinil mendelegasikan para siswa membaca bagian-bagian  yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai konstribusi tiap anggotanya. Tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Metode orisinil ini membutuhkan pengembangan yang ekstensif dari materi-materi khusus. Bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu Jigsaw II (Slavin, 2005:236-237).
Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, seperti dalam STAD dan TGT. Siswa diberi tugas untuk membaca beberapa bab  atau unit, dan diberikan ”lembaran ahli” yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim sat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam ”kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikonstribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik (Slavin, 2005:237).
Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II adalah sebagai berikut (Trianto,2009:74-79):
a)      Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan siswa untuk selalu percaya diri, kritis, kooperatif dalam belajar. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

b)      Pengelompokan
Membagi siswa kedalam 5 grup heterogen memberi indeks 1 untuk kelompok siswa yang memiliki kemampuan akademik sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok rendah.
c)      Pembentukan dan pembinaan kelompok expert (ahli)
Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangat baik kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks worksheet 1. Kelompok 2 diberi materi dibawah materi 1 demikian seterusnya sampai kelompok expert 4 pada materi yang paling sederhana.
d)     Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam kelompok asal. Pada fase kelima ini grup  (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu, sehingga diharapkan terjadi sharing pengetahuan antara mereka
   Aturan dalam fase ini adalah:
(a)    Siswa memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.
(b)   Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggungjawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.
(c)    Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik.
(d)   Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup lain.
(e)    Akhiri diskusi dengan merayakannya agar memperoleh kepuasan.
e)      Tes (penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Test dilaksanakan secara individual.
f)       Pengakuan kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata  skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan konstribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
Huda (2011:118) menjelaskan bahwa penghargaan kelompok diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa dibandingkan sebelumnya saat ditugaskan mengerjakan kuis.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II cocok dengan pengembangan LKS berbasis TIK sebagai bagian dari petunjuk kegiatan siswa dalam belajar yang berisi langkah-langkah pembelajaran secara sistematis. Sistematika LKS sesuai dengan sintaks jigsaw II dan merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar sistem peredaran darah pada manusia.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.  Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.  Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.  Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.  Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.   Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa  teoritis dan atau tugas-tugas praktis.   Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.  Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan (Depdiknas 2008:13)
Menurut Anggaryani (dalam Lasmana 2011:18) lembar kegiatan siswa ada dua macam, yaitu: LKS Eksperimen dan LKS non Eksperimen. LKS Eksperimen digunakan untuk membimbing siswa dalam melakukan eksperimen, sedangkan LKS non eksperimen digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembahasan diluar eksperimen atau untuk mengatasi hambatan proses pembelajaran eksperimen, misalnya sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk kegiatan laboratorium.
Lembar kerja siswa eksperimen adalah lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep  dan disajikan dalam bentuk kegiatan eksperimen di laboratorium. Sedangkan LKS non eksperimen adalah lembar kegiatan yang berisikan perintah atau pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan di kelas.
Menurut juknis pengembangan bahan ajar Depdiknas (2010:35) susunan LKS minimal memuat:
1. Judul/identitas
2. Petunjuk Belajar
3. SK/KD
4. Materi Pembelajaran
5. Informasi pendukung
6. Paparan isi materi
7. Tugas/Langkah Kerja
8. Penilaian
      Menurut Sudjana dan Rivai (1997:134) lembaran kegiatan siswa memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah sehingga mempermudah siswa belajar. LKS adalah lembaran kegiatan untuk memperoleh konsep serta informasi maupun soal-soal atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.

4.  LKS berbasis TIK

TIK merupakan bagian dari sarana komputerisasi yang dapat dimanfaatkan dalam membantu kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran berbaasis komputer lebih dikenal dengan istilah multimedia pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Komputer merupakan perkembangan pembelajaran berprogram (programed Instruction) yang lebih dikenal Association of Education and Communication Tecnologi (AECT).  Dalam pembelajaran berbasis komputer siswa berkelompok dan melakukan interaksi langsung secara individu dengan multimedia yang dikembangkan (Ariani dan Dany, 2010).
      Criswell dalam Ariani dan Haryanto (2007) mengatakan:
”menggunakan komputer untuk mempresentasikan materi ajar, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dan merespon reaksi-reaksi para siswa. Sangat sederhana dan sangat bermanfaat mengajarkan komputer berbasis instruksi”.
                                   
Pengertian TIK terdiri atas dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi mengandung pengertian segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengolahan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke perangkat yang lain. Pengertian bahan ajar berbasis TIK adalah bahan ajar yang berkaitan dengan teknologi sebagai alat bantu untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas (Dokumen Kurikulum 2004, butir B dalam Mendiknas 2010:27)
Menurut Nurohman (2010:7) Personal WEB atau Web pribadi merupakan halaman Web yang dimiliki oleh seseorang untuk menyampaiakan berbagai informasi kepada publik. TIK semacam ini dapat dibangun dengan menggunakan berbagai bahasa pemrograman, aplikasi Macromedia Flash, Microsof Office FrontPage bahkan dapat juga dibangun berbasis Microsof Office Word. Setelah didesain template maupun kontainnya, rancangan TIK tersebut dapat dihosting ke suatu lembaga penyedia jasa hosting. Selain itu seseoarang juga dapat membangun dan mengelola sebuah personal Web dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh berbagai lembaga penyedia Web log (Blog).
      LKS yang menyajikan materi tentang Sistem Sistem Peredaran Darah manusia sangat cocok dengan pembelajaran berbasis TIK yang dikemas dalam model pembelajaran Jigsaw II. Karena materi yang dihadapi oleh siswa bersifat abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Bobbi De Porter, penggagas Quantum Learning:
”manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70 persen dari apa yang dikenakan, 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), dan 30 persen dari apa yang dilihatnya, dari informasi yang 20 persen  dan dari yang dibaca 10 persen”.

      Oleh karena itu LKS berbasis TIK ini tidak hanya mempertimbangkan masalah ekonomi tetapi juga unsur validitas, praktikabilitas, realibilitas, dan objektivitasnya. Arikunto (2009:58) mengatakan bahwa validitas merupakan kata benda sedangkan valid adalah kata sifat. Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataannya. Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataannya, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid.  Dengan demikian validitas dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan suatu data. Reliabilitas artinya dapat dipercaya karena data yang diperoleh memiliki sifat ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, validitas berarti ketepatan sedangkan reliabilitas berarti ketetapan. Selain itu sebuah data bersifat praktikalitas yang tinggi apabila bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. Kemudian LKS ini diharapkan juga memiliki objektivitas yang baik dengan arti kata tepat pada sasarannya.
      Pembelajaran LKS berbasis TIK ini nantinya berisi menu-menu yang terdiri dari LKS yang dibuat dalam berbagai bentuk dan program komputerisasi. Kemudian siswa duduk secara berkelompok dan sama-sama menuntaskan Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai secara bersama-sama. Kemudian ditunjang oleh buku-buku BSE yang dapat diunduh secara langsung.
      Pada penelitian ini  dikembangkan LKS berbasis TIK pada pokok bahasan sistem Peredaran Darah pada Manusia yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah ditetapkan oleh Depdiknas kemudian divalidasi oleh pakar sehingga diperoleh LKS yang valid. Setelah diperoleh LKS yang valid, dilakukan uji praktikalitas dan efektifitasnya.

5. Kriteria lembar kerja siswa

Untuk menghasilkan LKS yang baik, perlu diketahui kriteria LKS yang baik. LKS haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun LKS menurut Juariah (1999 dalam Anggaryani, 2006:9) adalah sebagai berikut:
a.       Mengacu pada kurikulum.
b.      Bahan mudah dicerna.
  1. Mendorong siswa untuk belajar atau bekerja.
  2. Ada kesesuaian antara materi dan waktu yang tersedia.
  3. Digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.
  4. Digunakan menemukan konsep.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam  membuat LKS  menurut Anggaryani (2006:10) adalah sebagai berikut :
a.       Syarat-syarat didaktik
LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu:
1)      Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS di sini berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari tahu.
2)      Memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
b.      Syarat-syarat konstruksi
Persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi oleh LKS adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kesederhanaan pemakaian kata-kata dan kejelasan. LKS tepat guna dan dapat dimengerti siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat LKS, seperti:
1)      Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa.
2)      Menggunakan struktur kalimat atau kata-kata yang jelas.
3)      Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Apabila konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.
4)      Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
5)      Memiliki tujuan belajar yang jelas serta pelajaran itu bermanfaat sehingga bisa menjadi sumber motivasi bagi siswa.
6)      Mempunyai identitas untuk lebih memudahkan administrasi. Misalnya kelas, mata pelajaran, topik, tanggal dan sebagainya.
c. Syarat-syarat teknis
Penyusunan dan pembuatan LKS juga harus memenuhi syarat-syarat  teknis sebagai berikut :
1)        Tulisan
a)    Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf romawi/latin.
b)   Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.
c)    Jumlah kata dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata.
2)   Penampilan, harus memiliki kombinasi.
d. Langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut:
1)   Melakukan analisis kurikulum: SK, KD, indikator dan materi pembelajaran.
2)   Menyusun peta kebutuhan LKS.
3)   Menentukan judul LKS.
4)   Menulis LKS.
5)   Menentukan alat penilaian.
(Anonimus, 2010:9)
e. Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
1)      Judul, mata pelajaran, semester, tempat
2)      Petunjuk belajar
3)      Kompetensi yang akan dicapai
4)      Indikator
5)      Informasi pendukung
6)      Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
7)      Penilaian
(Anonimus, 2010:9)
f. Berdasarkan kriteria LKS peneliti susun kali ini adalah sebagai berikut:
         1). Syarat-syarat didaktik, meliputi :
a)    Materi sesuai dengan KTSP.
b)   Memperhatikan adanya perbedaan individual, karena dalam KTSP menekankan pada adanya kompetensi maka LKS harus dapat mengukur kemampuan siswa.
c)    Kegiatan mendukung pemahaman konsep, kegiatan dalam LKS membantu memahami konsep-konsep yang dipelajari.
d)   Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan teknologi, karena dalam kurikulum 2006 kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar ada baiknya bila kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata dan teknologi seperti kegiatan menemukan.
   2). Syarat-syarat konstruksi, meliputi:
a. Memiliki tujuan belajar yang jelas.
b. Memuat pokok-pokok materi dan rinciannya.
c. Menggunakan kalimat  yang sederhana, jelas dan mudah dipahami.
d. Memiliki tata urutan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
e. Memiliki petunjuk untuk siswa mengenai topik yang dibahas,
    pengarahan umum (prosedur kegiatan).
                f. Mempunyai identitas, yang meliputi: (1) No.Materi Bab/Sub.Bab, (2)     Judul, (3) Identitas siswa atau kelompok dan (4) Tanggal/Nilai/ Paraf guru.
g. Mendorong siswa belajar atau bekerja secara ilmiah.
         3). Syarat-syarat teknis, meliputi :
a)    Tulisan, menggunakan huruf yang sesuai.
b)   Penampilan, dari segi penampilan LKS harus dibuat menarik, perlu memperhatikan kebenaran isi, format dan susunan kata dalam LKS. Daftar pustaka tidak dicantumkan karena LKS ini merupakan hasil kreasi sendiri.  Kunci LKS tidak perlu diberikan, karena LKS ini untuk siswa maka kunci tidak perlu diberikan.
Lembar kerja siswa yang dikembangkan harus memenuhi tiga kriteria utama yaitu; valid, praktis dan efektif. Menurut (Trianto, 2010:255) ”valid artinya penilaian sudah memberikan informasi yang akurat tentang media yang dikembangkan”. Praktis berarti mudah digunakan, menurut Lasmana (2011:84) praktikalitas berdasarkan respon guru dan siswa terhadap LKS yang memiliki nilai interpretasi yang baik sehingga mudah dipahami. Nilai efektif sangat penting untuk meningkatkan aktivitas, minat dan hasil belajar siswa (Lasmana,2011:88)
 Lembaran kerja siswa itu berisikan petunjuk untuk melakukan kegiatan dan juga berisikan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Dengan diberikannya LKS dalam proses pembelajaran maka pengajaran yang diberikan lebih terarah dan menghindarkan siswa dari kegiatan yang tidak berguna untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan waktu yang lebih efektif. Penyajian proses pembelajaran seperti ini dapat mengaktifkan siswa dalam belajar mengolah perolehannya (Said, 1997:51-52).

6. Materi Ajar

Materi ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah bahan atau material yang mengandung kemampuan yang akan dicapai oleh siswa untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap dalam rangka memenuhi kompetensi yang ditetapkan (Depdiknas,2009:3). Materi ajar dipersiapkan dan  dikonstruksi oleh guru secara sengaja untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran. Materi ajar untuk pembelajaran dapat bersifat self-instructional dan memiliki kemampuan menjelaskan sendiri (self-explanatory power).
Langkah-langkah perancangan materi ajar adalah sebagai berikut:
        1. Mengkaji kesesuaian materi yang akan disajikan dalam materi ajar dengan   standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum
        2. Menentukan kedalaman dan ruang lingkup materi ajar
        3. Menentukan urutan materi ajar
        4. Menentukan jenis perlakuan yang diberikan terhadap materi ajar
        5. Menentukan sumber materi pelajaran
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses). Patokan penulisan materi ajar terdiri atas:
1.   Kecermatan isi:  kebenaran konsep pada isi harus cermat dan dapat dipertanggungjawabkan.
      2. Ketepatan cakupan : Berdasarkan hasil analisis tentang karakteristik pengguna materi ajar.
      3.   Ketercernaan naskah   :   mencakup pemaparan logis, penyajian materi yang runtut, contoh dan ilustrasi yang mendukung, alat bantu baca dan format yang tertib dan konsisten, serta penjelasan tentang relevansi dan manfaat materi ajar.
       4.  Penggunaan bahasa  :  mencakup ragam bahasa, pilihan kata, keefektifan kalimat serta penyusunan kalimat.

B.  Penelitian yang Relevan

            Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1.      Desvita (2010) berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Jigsaw II Untuk pembelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar pada Sub Materi Alat Pernapasan pada Manusia . Menyimpulkan bahwa Pengembangan Perangkat pembelajaran berbasis model Jigsaw II untuk pembelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar  pada sub materi alat pernapasan Manusia  yang yang terdiri dari Rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, lembar kerja siswa memberikan hasil yang valid, praktis dan efektif.